Manusia mengenal api sudah berlangsung sangat lama dimana api digunakan sebagai alat untuk penerangan di kala malam hari, memanggang binatang buruan, menghangatkan badan ketika cuaca dingin, dan alat perlindungan dari binatang buas. Manusia kala itu belum bisa menciptakan api dan melihat seolah-olah unsur panas yang dihasilkan api dirasakan sebagai akibat sambaran petir atau letusan gunung berapi, keadaan tersebut membuat manusia untuk berfikir agar dapat mengontrol api, sehingga api dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Penemuan api pada saat itu memberi pengaruh terhadap berakhirnya masa food gathering atau nomaden menjadi food producing atau menetap dan berdampak terhadap perkembangan sosial politik manusia melalui perkembangan pemukiman penduduk yang menetap.
Api yang sudah diketahui mempunyai manfaat dalam kehidupan manusia ternyata juga mempunyai sifat merusak apabila tidak terkontrol. Sejak itu manusia terdorong untuk berfikir dan mengetahui cara mengontrol keganasan api dengan menciptakan suatu alat sederhana yang bisa memadamkan api apabila terjadi kebakaran yang tentunya seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pada masa itu sampai dengan pada masa sekarang.
Dewasa ini, pesatnya pertumbuhan industri, properti, bangunan dan sebagainya, mengharuskan adanya perlindungan akan jiwa manusia dan aset-aset berharga dari bahaya kebakaran. Faktor alam dan kualitas Bahan Bangunan yang buruk terutama yang berhubungan dengan listrik seperti kabel listrik dan alat listrik serta kelalaian manusia menjadi faktor penyumbang terbesar terjadinya musibah kebakaran. Selain sektor residance, sektor industri yang tidak dilengkapi dengan alat pemadaman api yang menyeluruh bahkan terkesan tidak peduli akan sangat rentan akan terjadinya bahaya kebakaran dan kerugian yang ditimbulkan akan lebih besar lagi.
Apa itu Alat pemadam Api ?
Alat pemadam api adalah sebuah seperangkat alat yang didesain dan digunakan untuk memadamkan jenis api yang dapat membahayakan jiwa dan asset berharga dari kebakaran. Perkembangan alat pemadam kebakaran selalu mengikuti perkembangan jaman dan teknologi, baik dalam bentuk modern maupun tradisional. Suatu perangkat proteksi aktif kebakaran portable bisa digunakan untuk memadamkan dan mengendalikan api dalam situasi darurat namun tidak untuk memadamkan jenis api yang besar dan tidak terkontrol seperti api yang telah mencapai langit-langit dan membahayakan pengguna dimana situasi api tersebut menutup jalan keluar (escape), bahaya akan kekurangan Oxygen (O2) oleh asap, bahaya potensi terjadi ledakan, dan sebagainya atau jenis api yang membutuhkan penanganan dan keahlian dari departemen pemadam kebakaran.
Sejarah Alat Pemadam Api
Para ahli sampai saat ini masih memperdebatkan dan mempunyai banyak versi awal mula sejarah dibuat dan digunakan alat pemadam api. Sebagian ahli memulai pada masa Kerajaan Romawi dibawah pemerintahan Kaisar Agustus (Gaius Julius Caesar Octavianus) yang kira-kira terjadi pada tahun 27 sebelum Masehi (SM) sampai tahun 12 Masehi di Roma yang ditulis dalam buku yang berjudul “Principal of Protection” karya Arthur Cote, P.E dan Percy Bugbee, dibentuklah satuan penjaga malam dari para budak serta warga negara dan mengembangkan “Departemen Kebakaran” yang pertama untuk tipe penghunian yang bertujuan untuk melindungi manusia dari bahaya kebakaran. Metode yang digunakan pada saat itu adalah melakukan patroli dan pengawasan pada malam hari yang dilakukan oleh Nocturnes, dan membangun aquaducts yaitu sejenis saluran pipa air yang mengalirkannya keseluruh kota untuk keperluan air sehari-hari dan untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran.
Alat pemadam kebakaran pertama tercatat adalah alat yang dipatenkan pada tahun 1723 di Inggris oleh seorang ahli kimia Ambrosius Godfrey. Alat ini terdiri dari satu drum pemadam kebakaran cair yang mengandung timah ruang mesiu yang dihubungkan sistem sekering yang dinyalakan kemudian meledakan mesiu dan menghamburkan atau menyiram larutan cairan pemadam api. Namun pada tahun 7 November 1729 dalam ulasan mingguan Bradley Messenger, alat ini dinilai penggunaannya terbatas pada batas tertentu mengacu pada efisiensi dalam menghentikan api di London.
Modern pemadam kebakaran diciptakan pada tahun 1818 oleh seorang British Kapten George William Manby, berupa alat tembaga berisi 3 galon (13,6 liter) larutan mutiara abu (kalium karbonat) yang terkandung dalam udara terkompresi. Alat pemadam yang menggunakan larutan soda asam pertama kali dipatenkan pada tahun 1866 oleh Francois Carlier dari Perancis, yang terdiri dari campuran larutan air dan natrium bikarbonat dengan asam tartarat, proses ini menghasilkan gas Co2 propelan.
Sebuah alat pemadam api yang menggunakan larutan soda asam pada tahun 1881 juga telah dipatenkan di Amerika Serikat oleh Almon M. Granger. Pemadam rekannya menggunakan reaksi antara asam sulfat dan larutan natrium bikarbonat untuk mendorong air bertekanan ke api. Botol asam sulfat kental disimpan dalam kemasan tabung silinder. Cara ini tergantung pada jenis pemadaman api, botol asam bisa dipakai dengan merusakan dalam satu dari dua cara. Pertama menggunakan sebuah pendorong untuk memecahkan botol asam, kedua meluncurkan sebuah kubus timah yang taruh pada tabung atau botol yang ditutup. Ketika asam tersebut dicampur dengan larutan bikarbonat, gas Karbon Dioksida (Co2) keluar sehingga memberikan tekanan pada air. Air bertekanan keluar dari tabung melalui panjang pendek selang atau nozzle.
Alat pemadam yang menggunakan metode pengoperasian Cartridge diciptakan oleh Read & Campbell di Inggris pada tahun 1881 , yaitu dengan menggunakan air atau larutan berbasis air. Mereka kemudian menemukan sebuah model karbon tetraklorida disebut ”Petrolex” yang dipasarkan untuk pemakaian dan penggunaan otomotif.
Metode pemadaman api “gelas granat” yaitu dengan melemparnya ke dalam api. Alat pemadam api berbahan kimia busa diciptakan pada tahun 1904 di Rusia oleh Aleksander Loran yang dipakai untuk memadamkan wadah nafta yang terbakar. Cara bekerjanya mirip dengan jenis pemadaman menggunakan soda asam namun bagian dalamnya yang sedikit berbeda. Tangki utamanya berisi larutan natrium bikarbonat dalam air, sementara kontainer dalamnya (agak lebih besar dibandingkan dalam unit metode soda asam) mengandung larutan aluminium sulfat. Ketika larutan tercampur, biasanya dengan cara membalik unit, dua jenis cairan bereaksi untuk membuat busa berbusa, dan gas Karbon Dioksida (Co2). Gas mendorong busa dalam bentuk jet. Busa merupakan hasil kombinasi reaksi kimia dari natrium dan gel aluminium garam ditambah dengan Karbon Dioksida (Co2) yang menghabiskan busa dari unit.
The Pyrene Manufacturing Company of Delaware pada tahun 1910 mengajukan paten untuk menggunakan Karbon Tetraklorida ( CTC ) untuk memadamkan api dimana cairan menguap dan memadamkan api dengan cara menghambat reaksi berantai kimia dari proses pembakaran. Mereka juga mematenkan pada tahun 1911 alat pemadam portabel dengan menggunakan senyawa kimia terdiri dari kuningan atau kontainer krom dengan integrasi pompa tangan yang digunakan untuk mengeluarkan semburan larutan cairan ke arah api dan alat yang bisa diisi ulang. Penggunaan Carbon Tetrachloride cocok untuk kebakaran cair dan listrik dan alat pemadam yang dipasang pada kendaraan bermotor . Namun pada tahun 1950 penggunaan Karbon Tetraklorida untuk pemadam dilarang dan ditarik karena termasuk jenis bahan kimia yang beracun yaitu dimana pada paparan konsentrasi tinggi merusak organ internal dan sistem saraf. Selain itu, ketika digunakan pada api, panas dapat mengkonversi CTC ke gas fosgen yang dapat digunakan sebagai senjata kimia.
Jerman menemukan Chlorobromomethane cair ( CBM ) pada tahun 1940, untuk digunakan dalam pesawat. Senyawa kimia ini lebih efektif dan kurang beracun daripada karbon tetraklorida dan digunakan sampai dengan tahun 1969. Pada tahun 1920, Metil Bromida ditemukan sebagai bahan agen pemadam api dan digunakan secara luas di Eropa. senyawa ini adalah gas tekanan rendah yang bekerja dengan cara menghambat reaksi berantai api, namun sangat beracun ketika menguap dan digunakan sampai dengan tahun 1960-an karena dapat menyebabkan kematian dalam ruang tertutup.
Pemakaian metode pamadaman api menggunakan Gas Karbon Dioksida (CO2) diciptakan pada tahun 1924 oleh Walter Kidde pendiri perusahaan KIDDE ketika menanggapi permintaan Bell Telephone untuk memadamkan kebakaran di switchboards telepon yang ketika itu mudah sekali terbakar. perangkat ini terdiri dari sebuah tabung logam yang tinggi mengandung £ 7,5 ( 3,4 kg ) dari CO2 dengan katup roda dan kuningan, selang ditutupi kapas , dengan corong seperti tanduk sebagai nozzle. CO2 masih populer saat ini karena merupakan bahan agen ramah lingkungan. Karbon Dioksida (Co2) memadamkan api terutama dengan mengusir Oksigen (O2).
Pada tahun 1928, perusahaan Dugas yang kemudian dibeli oleh ANSUL keluar dengan alat pemadam kimia kering menggunakan pengoperasian cartridge, Bahan kimia kering yang digunakan adalah pengolahan Natrium Bikarbonat khusus . CO2 cartridge internal terbuat dari tabung tembaga. ABC dry chemical datang dari Eropa pada 1950-an, dan jenis dengan Super K ditemukan pada awal 60-an dan pada akhir tahun 1960 Purple K sedang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat . Pada 1970-an, Gas Halon 1211 datang ke Amerika Serikat dari Eropa, dimana gas ini telah digunakan sejak akhir 40-an atau awal 50-an. Gas Halon 1301 telah dikembangkan oleh DuPont dan Angkatan Darat AS pada tahun 1954. Jenis Gas Halon baik itu jenis 1211 dan 1301 bekerja dengan cara menghambat reaksi berantai api. Gas Halon masih digunakan saat ini, namun berdampak terhadap lingkungan karena merusak lapisan ozon. Australia dan Eropa telah membatasi penggunaannya sejak adanya Protokol Montreal 1987. Namun pembatasan ini kurang diperhatikan pelaksanaannya di Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia.
Sejarah Alat Pemadam Api di Indonesia
Perkembangan alat pemadam kebakaran di Indonesia erat kaitannya dengan sejarah dibentuknya satuan petugas atau sebuah institusi dinas yang bernaung dalam pemerintahan yang mempunyai tugas dan dilatih khusus untuk menanggulangi kebakaran atau penanggulangan masalah yang bersifat darurat lainnya seperti menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas, korban bencana alam, gedung runtuh, dan sebagainya. Petugas pemadam kebakaran atau “Branwir” yang berasal dari Bahasa Belanda “Brandweer” sangat mudah dikenali oleh jenis seragam mereka yang tahan api dan tak mudah terbakar serta mengkilat. Sejarah Branwir dimulai pada tahun 1873, dimana terjadi kebakaran besar di daerah Kramat-Kwitang, dan penguasa residen (sekarang Gubernur DKI Jakarta) ketika itu pada tahun 1915 mengeluarkan peraturan (reglemet) dengan nama “Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden van Batavia” yang sekarang menjadi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta dan diikuti oleh kota-kota lainnya di Indonesia.
Jenis Api
Sebelum kita mengenal alat pemadam api, kita harus mengetahui terlebih dahulu macam dan jenis api sehingga setelah mengindentifikasi kita dapat memadamkannya dengan mudah. Berikut keterangannya :
1. Segitiga Api
Segitiga Api atau kadang-kadang disebut juga segitiga pembakaran adalah sebuah skema sederhana dalam memahami elemen-elemen utama penyebab terjadinya sebuah api atau kebakaran atau ledakan. Bentuk gambar segitiga yang mempunyai tiga sisi menjelaskan bahwa sebuah api / kebakaran / ledakan dalam proses terjadinya membutuhkan tiga unsur utama, yaitu : panas (heat), bahan bakar (fuel), dan agen oksidator (biasanya Gas Oksigen (O2) atau bisa juga Gas Nitrous Oxide (N2O), dan lain-sebagainya).
Api / kebakaran / ledakan dapat dipadamkan atau bahkan dicegah dengan menghilangkan atau menghapus salah satu unsur dari tiga unsur utama yang ada dalam ilustrasi segitiga api tersebut. Api / kebakaran / ledakan pasti akan terjadi ketika tiga unsur dalam segitiga api bergabung dalam komposisi dan waktu yang tepat.
Tanpa adanya panas yang cukup, sebuah kebakaran atau ledakan tidak dapat dimulai dan apabila sudah terjadi, kebakaran / ledakan tersebut tidak dapat berlanjut yang dapat membahayakan sekitarnya. Unsur panas bisa dihilangkan dengan menggunakan zat yang dapat mengurangi jumlah panas (kalor) yang tersedia untuk memungkinkan terjadinya sebuah ledakan atau api atau kebakaran. Air merupakan salah satu jenis zat yang sering digunakan dengan merubah fasenya dari fase cair menjadi fase uap atau menguap menjadi gas.
Unsur yang kedua dari Segitiga Api adalah bahan bakar (fuel). Sebuah api / kebakaran / ledakan akan berhenti tanpa adanya kehadiran bahan bakar atau dengan bahasa sederhananya “makanannya api”. Sebuah kebakaran mengkonsumsi seluruh bahan bakar (fuel) dan apabila kita hilangkan secara manual melalui proses mekanis atau kimiawi dengan cara menghilangkan bahan bakar dari sebuah api / kebakaran tentu api atau kebakaran akan berhenti. Proses pemisahan bahan bakar merupakan faktor penting dalam proses pencegahan terjadinya kebakaran dan ini merupakan dasar dari strategi yang sering digunakan dalam mengontrol terjadinya kebakaran atau ledakan.
Unsur yang ketiga dari Segitiga Api adalah agen oksidator (zat pembakar) yang pada umumnya adalah Gas Oxygen (O2). Ketika kita menghilangkan Oxygen (O2), sebuah kebakaran atau ledakan tidak dapat tersulut dan tidak dapat berlanjut dan menghancurkan lingkungan sekitarnya apabila itu sudah terlanjur terjadi. Dengan melakukan pengurangan konsentrasi Oxygen (O2), maka suatu proses pembakaran akan melambat. Oxygen (O2) adalah salah satu gas yang secara alami terkandung di udara bebas, tetapi dalam banyak kasus peristiwa, masih ada sedikit udara yang tertinggal meskipun api atau kebakaran sudah padam.
2. Jenis Kelas atau Tipe Api
Definisi Kelas atau Tipe Api berdasarkan kategori kebakaran dan penanggulangan bahaya kebakaran menurut pasal 23 & 24 Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992 adalah sebagai berikut :
- Kelas atau Tipe A : Kelas atau Tipe Api A adalah jenis kebakaran yang disebabkan oleh bahan biasa yg mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya.
- Kelas atau Tipe B : Kelas atau Tipe Api B adalah jenis kebakaran yang disebabkan dari bahan cairan yg mudah terbakar seperti minyak bumi, oli, gas, lemak dan sejenisnya.
- Kelas atau Tipe C : Kelas atau Tipe Api C adalah jenis kebakaran yang disebabkan dari listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat-alat listrik.
- Kelas atau Tipe D : Kelas atau Tipe Api D adalah jenis kebakaran yang disebabkan oleh logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain.
3. Media Bahan atau Agent untuk Memadamkan Api
a. Dry Chemical Powder atau Serbuk Kimia Kering
Dry Chemical Powder adalah campuran dari fosfat Mono-amonium dan ammonium sulphate, jenis media ini berfungsi mengganggu reaksi kimia yang terjadi pada zona pembakaran sehingga api menjadi padam. Cara kerja media ini adalah dengan mempunyai titik lebur yang rendah dan partikel yang sangat kering yang akan membengkak apabila terkena panas dan membentuk penghalang hingga Oxygen (O2) tidak dapat masuk sehingga dapat menutupi area kebakaran (api), yang akhirnya api tidak akan menyala dikarenakan pijakannya ditutupi oleh Serbuk Kimia Kering. Berikut kelebihan dari media ini :
- Merupakan media pemadam api serbaguna (multi purpose), aman dan luas pemakaiannya karena dapat mematikan api kelas A, B, dan C.
- Tidak beracun (Non Toxic).
- Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
- Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif).
- Dapat menahan radiasi panas dengan kabut (serbuk) partikelnya.
b. Gas Karbon Dioksida (Co2)
Gas Karbon Dioksida (CO2) merupakan senyawa bahan kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon + 2 atom oksigen, yang dapat dihasilkan baik dari kegiatan alamiah maupun kegiatan manusia. Berikut keistimewaan media Gas Co2 :
- Dapat dipakai untuk memadamkan jenis kebakaran kelas B dan C karena berbentuk bahan gas, Co2 tidak merusak dan berdayaguna yang efektif dan bersih.
- Karbon Dioksida (Co2) dapat menyerap panas dan sekaligus mendinginkan.
- Sangat efisien dan efektif penggunaannya dalam ruangan seperti kantor, lab dan ruangan tertutup lainnya.
- Material konstruksi tabung dirancang khusus untuk menahan tekanan tinggi dan dilengkapi dengan selang yang panjang dengan nozzle yang berbentuk corong untuk mengarahkan keluarnya gas Co2.
- Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia namun berbahaya bagi manusia apabila Co2 didalam ruangan lebih besar daripada Oksigen (O2).
3. Aqueous Film Forming Foam (Foam AFFF)
Foam AFFF merupakan media berbasis air dan sering mengandung surfaktan berbasis hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl, fluoro surfactant seperti : fluorotelomers, asam perfluorooctanoic (PFOA), dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS). Senyawa kimia tersebut mempunyai kemampuan untuk menyebar di permukaan cairan berbasis hidrokarbon. Alcohol resistant aqueous film forming foams (AR AFFF) adalah busa atau foam yang tahan terhadap reaksi dari alkohol serta dapat membentuk lapisan semen atau pelindung ketika dipakai atau disemprotkan. Berikut keunggulan Foam AFFF :
- Dapat dipakai untuk memadamkan api kelas A namun sangat cocok jika digunakan untuk kelas B.
- Busa atau Foam bersifat ringan, sangat efektif untuk memadamkan zat cair yang mudah terbakar dengan cara mengisolasi Oxygen (O2) serta menutupi permukaan zat cair untuk menghindari api yang dapat menjalar (meluas) kembali.
- Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
- Bersifat Konduktif atau Penghantar Listrik yang baik sehingga tidak bisa dipakai untuk memadamkan api kelas C.
4. Gas Pengganti Hallon Non CFC (HCFC-141B)
Gas Pengganti Hallon (HCFC-141b) merupakan senyawa kimia hydrochlorofluorocarbon (HCFC) dan merupakan senyawa dari 1,1-dichloro-1-fluoroethane dan Chemical Abstracts. Berikut kelebihan media ini :
- Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.
- Merupakan penghantar listrik yang buruk (isolator) sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik dan alat perkantoran modern lainnya.
- Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
- Sangat efektif untuk digunakan pada semua resiko kelas kebakaran A, B dan C.
Jenis Alat Pemadam Api
Secara umum jenis alat pemadam kebakaran terbagi menjadi dua macam :
1. Alat Pemadam Portable (Portable Fire Extinguisher) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan atau APAR adalah alat pemadam api berupa tabung berbentuk silinder yang mudah dioperasikan cukup oleh satu orang pengguna saja, karena bentuknya yang kecil serta beratnya yang dapat ditanggung oleh satu orang saja dan didesain bersifat mobile. Jenis unit Portable ini memiliki kekurangan dan kelebihan, dimana tabung jenis ini dapat mematikan api pada awal terjadinya kebakaran atau bersifat pencegahan darurat, tetapi tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang sudah membesar dan dapat membahayakan jiwa.
Berikut media atau agent APAR yang digunakan diantaranya :
a. Serbuk Kering atau Dry Chemical Powder
b. Gas Carbon Dioxide (Co2)
c. Foam AFFF (Aqueoues Film Forming Foam)
d. Air
Cara kerja APAR terbagi dua yaitu :
- Stored Pressure yaitu : tabung pemadam api yang menggunakan Gas Nitrogen (N2) sebagai pendorong untuk memberikan tekanan atau dorongan sehingga mengeluarkan media atau agent pada APAR, disini media atau agent APAR dicampur bersama gas Nitrogen (N2). Kekurangan tipe ini adalah karena Gas Nitrogen (N2) disimpan dalam tabung bersama agent, apabila seal karet tidak tertutup rapat akan mengakibatkan kebocoran, hasilnya Gas Nitrogen (N2) akan keluar dan media atau agent APAR tidak dapat keluar karena tidak ada gas pendorong. Kunci pemakaian tipe ini adalah maintenance yang teratur.
- Cartridge Operate yaitu : tabung pemadam api yang menggunakan tekanan Gas Nitrogen (N2) atau Gas Karbon Dioksida (CO2) yang tersimpan dalam tabung cartidge kemudian dibuka dengan tiba-tiba, gas yang keluar dialirkan melalui pipa atau selang ke badan tabung tempat penyimpanan media atau agent APAR sehingga memberikan tekanan atau dorongan yang kuat dan menyemburkan media atau agent APAR untuk keluar dan mematikan api. Disini, media atau Agent APAR ditempatkan terpisah. Kelebihan tipe ini adalah perawatan yang mudah sekali karena antara tabung cartridge yang didalamnya gas pendorong tidak tercampur dengan media atau agent APAR.
- Gas Agent extinguisher yaitu : tabung pemadam api yang menggunakan jenis gas tertentu sebagai pendorongan juga sekaligus sebagai media atau agent APAR untuk mematikan api. Gas yang dimaksud biasanya antara lain : Gas Karbon Dioksida (Co2), Gas Halon, Gas Inergen, dan sebagainya. Kelebihan tipe ini adalah selain perawatan yang mudah juga dalam pemakaiannya tidak begitu mengotori tempat kejadian.
2. Alat pemadam kebakaran tersistem (fire suppression system)
Sistem Pemadaman Kebakaran biasanya digunakan oleh industri menengah dan industri berat (heavy industry), gedung-gedung bertingkat, dan sebagainya. Sistem pemadaman kebakaran menjadi kebutuhan yang mutlak bagi beberapa jenis industri guna membantu kontrol atas kerusakan aset peralatan. Cara kerja sistem ini melalui sensor panas, kabel-kabel, atau sistem deteksi secara manual tergantung sistem yang dipilih untuk memberikan perintah mengeluarkan media atau agent pemadam api apabila terjadi kebakaran.
Berikut jenis media atau agent yang sering digunakan dalam sistem pemadaman kebakaran antara lain :
a. Air disemprot melalui sprinkle yang dipasang di setiap ujung cabang-cabang instalasi pipa khusus pemadam. Sistem ini bersifat Indoors atau dipasang dalam ruangan, sedangkan Outdoors disemprot melalui water cannon.
b. Foam AFFF (Aqueoues Film Forming Foam), metodenya sama dengan media air pada no. 1 diatas, yang membedakannya adalah air ditambah dan dicampur media busa atau foam agent yang secara kimia diproduksi untuk menyelimuti bahan bakar (fuel) agar tidak terbakar kembali.
c. Gas Agent Extinguisher, metodenya atau cara kerja sama dengan nomor satu dan dua yang membedakan media dan agentnya menggunakan Gas Karbon Dioksida (Co2) atau Gas Halon atau Gas Inergen. Sistem ini hanya digunakan pada ruang tertutup atau diaplikasikan untuk Indoors.
Tips Memadamkan Api
Berikut beberapa tips memadamkan api dan bahan-bahan untuk memadamkan api tersebut:
- Metode penguraian yaitu cara memadamkan dengan menjauhkan atau memisahkan bahan atau benda-benda yg dapat terbakar
- Metode pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan menurunkan suhu atau panas. Secara umum Air yg paling banyak digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan menyiramkan atau menyemprotkan air ke titik api.
- Metode Lokalisasi atau Isolasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan mengurangi kadar persentase Gas Oksigen (O2) pada benda-benda yang terbakar.
Jual Alat Pemadam Kebakaran
Majunya laju pembangunan di segala bidang harus pula sejalan dengan upaya untuk melindungi asset-asset berharga yang dimiliki dari segala kemungkinan bahaya yang terjadi. Salah satunya adalah melindungi dari bahaya kebakaran. PT. Gas Depo Industry sangat memahami akan hal ini dengan menyediakan berbagai macam jenis pemadam kebakaran dan maintenance service alat-alat pemadam kebakaran mulai dari bentuk portable atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR) hingga sistem (Fire Suppresion System) yang dapat digunakan sesuai kebutuhan customers. Saat ini kami adalah agen supplier distributor utama dari Alat Pemadam Api Merk Pyrochem yang telah mempunyai standard Internasional ISSO, serta stockis merk Ansul, American La France, Kidde, YAMATO dan lain-lain.
Isi Ulang Alat Pemadam Api
Isi ulang dan refill alat pemadam api kebakaran dengan media isi antara lain Dry Chemical Powder, Carbon Dioxide (Co2), Foam AFFF, Halon, Inergen dengan harga murah, kualitas produk terjamin, delivery cepat, dan pelayanan yang dapat diandalkan dari PT. Gas Depo Industry. Kami juga melayani pengadaan tabung pemadam baru dan sistem instalasi pipa pemadam kebakaran terintegrasi. Saat ini semua produk kami sudah dipakai oleh berbagai macam industri seperti untuk keperluan offshore/onshore dalam industri minyak dan gas bumi (migas) atau oil and gas, marine industry seperti untuk perlindungan dari kebakaran untuk kapal laut/ship vessel/boat/tanker, gedung bertingkat, dan sebagainya.
Segera hubungi tim sales dan call center kami untuk pemesanan dan mendapatkan pelayanan tentang alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan Anda dari PT. Gas Depo Industry.
Call Center : 08179867722
E-mail : Sales@gasdepo.co.id